Yogyakarta - Kami, tim perumus Simposium ARKIPELAGIS: Refleksi Kebudayaan, setelah mendengarkan dan merenungkan berbagai gagasan yang telah disampaikan sepanjang dialog yang berlangsung, menyampaikan lima butir refleksi dan harapan.
Butir-butir ini tidak bermaksud merangkum seluruh keluasan diskusi yang terjadi, melainkan menjadi bentuk penegasan atas semangat dan harapan yang dapat memandu kerja-kerja kebudayaan kita ke depan.
1. Bahwa mendukung dan menyejahterakan kerja-kerja kebudayaan Indonesia sama pentingnya dengan memelihara atau memajukan situs-situs kebudayaan.
2. Penting untuk membangun kembali kesadaran kontekstual atas pengetahuan tradisional sebagai solusi relevan untuk menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan di masa kini.
3. Pendanaan kebudayaan harus diperluas untuk mencakup kerja-kerja jurnalisme kebudayaan, demi menjembatani kesadaran publik terhadap isu seni dan kebudayaan, serta memperkuat dialog antara masyarakat, pelaku budaya, dan kebijakan.
4. Pemajuan kebudayaan perlu didasarkan pada perspektif intermaterial, anti-kekerasan, dan inklusivitas.
5. Penting untuk selalu ditekankan urgensi strategi kebudayaan. Dalam hal ini, secara konkret adalah menyusun arah kebudayaan. Arah kebudayaan bangsa Indonesia yang memiliki kesadaran arkipelagis akan berupaya menghindari jebakan penebalan identitas semata, namun mengambil upaya mencapai peningkatan kualitas kebudayaannya,memperluas indikator kebudayaan, hingga mengupayakan posisionalitas di hadapan dunia melalui diplomasi kebudayaan.