Yogyakarta - "Sinten Remen" , dalam bahasa Jawa, berarti "Siapa Suka". Musik yang bisa dinikmati oleh siapa saja, tanpa sekat generasi maupun latar belakang budaya. Alm. Djaduk Ferianto sebagai peran utama grup ini membawa elemen komedi, menjadikan Orkes Sinten Remen bukan hanya sekadar grup musik, tetapi juga hiburan yang menyenangkan bagi banyak kalangan. Orkes Sinten Remen, musik asal Indonesia yang dikenal dengan gaya musiknya yang unik, menggabungkan unsur musik keroncong, tradisional dengan sentuhan modern dan humor. Dengan gaya khas yang menggabungkan musik keroncong, humor, dan lirik yang mengandung kritik sosial, Orkes Sinten Remen telah menjadi ikon musik yang tidak hanya menghibur tetapi juga memperkaya warisan budaya Indonesia. Dalam setiap pertunjukan, tidak hanya memainkan musik yang bergenre keroncong, tetapi juga menyisipkan unsur komedi, kritik sosial, dan interaksi dengan penonton yang mengundang tawa. Saat ini, aktif tampil di berbagai acara dan festival musik, serta terus menghibur penggemarnya secara langsung. Orkes sinten remen merupakan grup musik yang bergenre keroncong.
SINGLE “ESUK DELE SORE TEMPE”
TENTANG LAGU
"Esuk Dele Sore Tempe" bermakna sindiran sosial. Judulnya sendiri berasal dari peribahasa Jawa yang berarti seseorang yang mudah berubah, tidak konsisten, atau tidak memiliki pendirian “pagi kedelai, sore sudah menjadi tempe”.
PESAN LAGU
Lagu ini mengajak pendengar untuk lebih berhatihati terhadap orang-orang yang bermuka dua dan tidak memiliki prinsip tetap. Lagu ini juga merupakan kritik terhadap ketidakjujuran dan pengkhianatan yang sering terjadi di masyarakat, terutama dalam dunia politik atau relasi sosial
MAKNA LIRIK
Lirik lagu ini menggambarkan sifat manusia yang plinplan atau tidak setia terhadap komitmennya. Ada sindiran terhadap orang-orang yang hari ini tampak setia dan mengabdi, tetapi di lain waktu bisa berkhianat tanpa rasa malu. Lagu ini juga menyoroti fenomena sosial di mana seseorang bisa berubah sikap setelah mendapatkan posisi atau kekuasaan.
Orkes Sinten Remen, kelompok musik khas Yogyakarta yang dikenal dengan gaya keroncong kontemporer penuh humor, satire, dan kritik sosial, resmi meluncurkan single terbaru mereka yang bertajuk "Esuk Dele Sore Tempe. Lagu ini tidak hanya memperkaya khazanah musik tradisional Indonesia, namun juga meneruskan jejak pemikiran dan semangat almarhum Djaduk Ferianto, pendiri Orkes Sinten Reme yang gigih menyuarakan keresahan sosial lewat pendekatan yang segar, jenaka, dan menggugah kesadaran publik.
Lagu Penuh Sindiran dan Refleksi Sosial "Esuk Dele Sore Tempe merupakan representasi musikal dari peribahasa Jawa yang menggambarkan seseorang yang gampang berubah pendirian "pagi masih kedelai, sore sudah jadi tempe." Dalam lagu ini, Sinten Remen dengan lihai mengangkat persoalan inkonsistensi sikap, kepentingan yang berubah-ubah, dan labilnya integritas, terutama dalam ranah politik dan kehidupan sosial sehari-hari.
"Melalui lagu ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap ketidakjujuran yang dibungkus manis oleh kata-kata. Tapi seperti biasa, kami juga ingin masyarakat tetap bisa tertawa dan berpikir" ujar Butet Kartaredjasa, yang dalam lagu ini adalah pembuat Lirik kreatif Esuk Dele Sore Tempe Mengusung tema "Kere Munggah Bale, acara ini menjadi metafora jenaka namun sarat makna tentang fenomena sosial ketika orang-orang dari latar belakang sederhana tiba-tiba naik panggung-baik secara harfiah maupun simbolis. Sinten Remen mengajak penonton untuk merenungkan bagaimana kekuasaan, pangkat, atau popularitas sering kali mengubah sikap seseorang Lewat musik dan humor, mereka menyentil realitas itu sambil tetap memberikan ruang untuk tertawa, introspeksi, dan bertepuk tangan bersama.
Lagu ini, meskipun berjudul sederhana, menyimpan makna yang dalam. "Esuk dele sore tempe" adalah ungkapan Jawa yang menggambarkan ketidak konsistenan janji yang berubah secepat cuaca, ucapan yang beda antara pagi dan sore. Tapi seperti biasa, Sinten Remen mengemas kritik sosial ini bukan dengan marah-marah, melainkan dengan nada yang jenaka, irama yang menggelitik, dan pesan yang menyentil halus.
Lewat lagu ini, kami ingin mengajak semua untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga merenung dan tentu saja tertawa. Karena kami percaya, musik adalah cara paling elegan untuk menyampaikan keresahan.
Lirik "Esuk Dele Sore Tempe
Hidup bagai teka-teki
Hati-hati janganlah jangan Asal mengisi
Kalau kosong jadi bolong
Diteropong tampak melompong
Tiada makna tiada arti.....
Hidup memang penuh misteri
Sering terjadi
Esuk dele sore tempe
Hari ini setia mengabdi Bisa jadi lusa nanti
Tanpa malu Mengkhianati
[Reff]
Seperti kere munggah bale
Sehari dua hari masih oke Seperti kere munggah bale
Setahun dua tahun juga oke Tetapi lama-lama kelihatan juga
Si kere ketahuan belangnye..
Scan disini untuk mendengarkan lagunya!
https://open.spotify.com/intl-id/track/6Xx0BO5en0qyrFnQjTQ5AY