Tercatat telah 17 kali karya patung monumennya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia. Karya monumental pertama Yusman, adalah : “Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat” di Makassar yang diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun 1995. Semenjak itu, karya-karyanya yang lain diresmikan oleh Wapres Hamzah Haz (2001), Presiden Megawati Soekarnoputri (2002) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2008, 2009, 2012, 2013 dan 2014). Bahkan ketika Presiden Jokowi meresmikan 6 (enam) perbatasan Indonesia, di setiap wilayah perbatasan tersebut terdapat karya Yusman yang berupa Burung Garuda (Lamkbang Negara). Karya-karya nya tersebut tercipta sejalan dengan bidang yang digelutinya saat menduduki bangu kuliah, yaitu sejarah perjuangan bangsa. Hingga akhirnya yang paling berkesan, bahwa Yusman dipercayai untuk membuat monument patung keenam Presiden Republik Indonesia di Bogor.
Karya Yusman tentu tidak lepas dari kolaborasi tangan para maestro yaitu Empu Ageng Edhi Sunarso, Drs. Kasman Ks., Drs. Sarpomo dan Drs. Y. Sumartono dengannya. Apresiasi terhadap karyanya semakin positif, sehingga berbagai penghargaan dan rekor MURI pun ia terima. Antara lain “Relief Monumen Panglima Besar Soedirman Terpanjang” di Pacitan, “Prakarsa dan Pembuatan Patung Berkelompok Terbesar” pada Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI di Mabes TNI Cilangkap dan masih banyak lagi.

Ragam karya dan prestasi yang telah diraih Yusman dalam Perjalanannya sebagai seorang seniman, kemudian ia tuangkan dalam buku bertajuk “Dalam Pasaman ke Istana Presiden”. Buku tersebut rilis pada hari Selasa, 12 November 2019 bertempat di Museum Affandi Yogyakarta. Buku Yusman menjadi wadah cerita perjalanan hidup yang menarik karena pada lingkaran personal perjalanan itu menjadi refleksi “nilai-juang” yang dia maknai kembali, setelah dia melukiskan nilai sejarah perjuangan bangsa melalui karya-karya patung monumennya. Acara tersebut diadakan bersamaan dengan digelarnya pameran patung maket miliknya.
Sejak duduk dibangku sekolah dasar kelas III, seorang seniman yang sudah sering disuruh oleh gurunya untuk memberikan contoh cara menggambar di papan tulis untuk murid kelas IV, V dan VI. Yusman sering dikirim ke berbagai tempat untuk bertanding olahraga dan melukis. Ia menjadi juara berbagai perlombaan olahraga dan seni antar sekolah dan kecamatan. Setelah tamat SD dan SMP, Yusman meneruskan sekolah ke Jurusan Seni Dekorasi, SMSR Negeri Padang, dan lulus tahun 1985. Bersama empat orang temannya, Yusman kemudian berangkat ke Yogyakarta dengan biaya tabungan sendiri. Tekadnya sudah jelas, ingin menjadi seniman dan kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta (dulu STSRI “ASRI” Yogyakarta). Awal masuk di kejuruan Seni Patung, Yusman cukup kesulitan beradaptasi dengan jurusan yang baru itu. Namun berkat ketekunan dan seringnya ia diajak membantu mengerjakan berbagai monument oleh para senior dan dosennya seperti Empu Ageng Edhi Sunarso, Drs. Kasman Ks., Drs. Sarpomo, Drs. Y. Sumartono, Yusman dengan cepat bisa menyerap ilmu dan teknik mematung serta membuat monument.