Yogyakarta - Film “Tegar” yang disutradarai oleh Anggi Frisca merupakan proyek dan laboratorium mimpi bersama bagi setiap orang yang mendukung terwujudnya ruang untuk masyarakat inklusi di Indonesia maupun dunia. Selain keterlibatan banyak pihak untuk mendanai dan mendukung flm Tegar, ideology yang di usung dari film ini adalah salah satu kampanye SDGs yang bertajuk “leave no one behind”, yang dalam maknanya adalah memberi ruang untuk kesetaraan, berekspresi, mengesampingkan perbedaan, dan berfokus pada pertumbuhan yang dapat dilakukan. Tidak hanya tentang kawan difabel, dikatakan pula oleh sang sutradara-Anggi Frisca; film ini sebenarnya berangkat dari pemikiran tentang apa yang akan kita lakukan di kondisi terisolasi dan cara kita menegarkan diri dalam keterbatasan. Film ini mencakup cukup banyak bahasan, diantaranya support system dalam keluarga ramah inklusi, dilemma pola asuh bagi wanita karir, hingga kebutuhan mendesak akan adaptasi pendidikan Indonesia untuk masyarakat inklusi.
Sejalan dengan kampanye #LeaveNoOneBehind, film Tegar juga menyuarakan tagline; “nothing about us without us”. Sebagaimana film ini memperjuangkan ruang untuk masyarakat inklusi, sebanyak 10% dari kru yang merupakan kawan berkebutuhan khusus turut mengambil peran dalam proses produksinya. Ada saudara Anton JC yang berperan sebagai pemain pendukung, Alm. Dzoel sebagai kru still-photography, Wawa Gunawan sebagai tim artistic, Ibe Ibrahim sebagai kru behind the scene dan Ibu Yuktiasih Proborini sebagai konsultan untuk pengembangan naskah.
Film “Tegar” bercerita tentang seorang anak berkebutuhan khusus (M Aldifi Tegara) yang ingin bersekolah dan mempunyai teman. Pada ulang tahunnya yang ke-10, sang Kakek (Deddy Mizwar) menjanjika Tegar kesempatan bersekolah, namun Wida (Sha Ine Febriyanti)-Mama dari Tergar, melarang keras hal itu. Karena sejak lahir Wida selalu menyembunyikan Tegar dan kondisinya dari orang lain, dikhawatirkan Tegar akan mendapatkan pelakuan tidak diinginkan yang mungkin terjadi pada Tegar. Saat Tegar akan mendapatkan perlakuan tidak diinginkan yang mungkin terjadi pada Tegar. Saat Tegar yang ditinggal ibunya bekerja dan pengasuhnya pulang ke kampong halaman. Tegar terjebak di dalam rumahnya seorang diri. Saat itulah ia memutuskan untuk pergi dari rumah dan memulai perjalanannya mengejar mimpi untuk bersekolah hingga mempunyai teman.
Setiap orang yang terlibat dan mendukung produksi serta gerakan film “Tegar” disebut sebagai #TemanTegar. Aspek gotong-royong dan dobrakan yang dibuat sepanjang napas film ini membuktikan bahwa “Tegar” lebih dari sekedar film dan #TemanTegar adalah sebuah gerakan, sebuah visi, dan semangat bersama membangun Indonesia Inklusi. Dengan harapan bahwa film ini dapat membuka lebih banyak ruang bagi masyarakat Inklusi di Indonesia untuk berekspresi dan berdaya.
Dengan dukungn Kementrian Sosial, Direktorat Jendral Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Kementerian Perlindungan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, film Tegar akan melakukan special screening 10 kota di Indonesia pada penghujung Oktober hingga November. Kota yang akan menjadi tuan rumah special screening film “Tegar” antara lain adalah Bali, Bandung, Bekasi, Tangerang, Bogor, Solo, Jogja, Malang, dan Surabaya. Dengan Gala Premiere yang akan digelar pada 18 November 2022 di XXI Epicentrum, Jakarta Pusat.
11 titik tersebut dipilih berdasarkan daerah dengan jumlah bioskop terbanyak, populasi terdapat di Indonesia, dan juga daerah dengan sekolah terbanyak. Karena target utama dari film Tegar adalah paa orang tua dan anak-anak sekolah.
Special screening film “Tegar” diadakan dengan tujuan memperkenalkan kru dan pemain film “Tegar”. Menyebarkan informasi jadwal tayang regular film “Tegar” yang jatuh pada 24 November mendatang, dan untuk menjaring lebih banyak penggerak #TemanTegar di berbagai kota di Indonesia yang nantinya akan melakukan aktivasi nonton besama serentak di tanggal rilis. Aktivasi secara serentak dan masih diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia atas isu yang diangkat film “Tegar”, juga menjadi penular semangat menuju Indonesia Inklusi.
