Hari ini : Jumat, 24 2025

NEWS

Duka Ekologis yang Diekspresikan oleh Teater Garasi Melalui Pertunjukan ''Waktu Batu. Rumah yang Terbakar''

Yogyakarta - Setelah hampir satu dekade tidak pentas di Yogyakarta, Teater Garasi kembali menghelat pertunjukan dalam rangkaian kegiatan performa•ARTJOG 2023, pada tanggal 2 dan 3 Juli 2023 di JNM Bloc, Yogyakarta. “Waktu Batu. Rumah yang Terbakar” merupakan versi terkini dari proyek panjang Waktu Batu, yang dimulai sejak tahun 2001, dan sepanjang 2002-2006 melahirkan beberapa versi pertunjukan yang telah dipentaskan di beberapa kota di Indonesia, Singapura, Berlin, dan Tokyo. Pada tahun 2022 lalu, karya ini diundang untuk diciptakan dan dipentaskan kembali di Festival Indonesia Bertutur di Borobudur, Jawa Tengah. Versi baru pertunjukan ini digarap dengan fokus tematik baru pula: duka ekologis (ecological grief).

“Pertunjukan Teater Garasi amatlah relevan dengan gagasan dari performaARTJOG 2023, yang mengusung tema Movere yang berarti 'sesuatu yang bergerak'. Pengertian tersebut menjadi penegasan hubungan saling kebertopangan antara seni dan masyarakat dalam sebuah rangkaian dialog berkelanjutan. Formulasi isu dan bentuk dari karya pertunjukan ini memiliki daya sebagai sebuah bahasa baru untuk dialami. Pertunjukan ini menggerakan percakapan kritis khususnya pada isu ekologi yang sedang terjadi hari ini,” ungkap BM Anggana selaku kurator program performaARTJOG 2023.

“Waktu Batu. Rumah yang Terbakar” disutradarai oleh Yudi Ahmad Tajudin, dengan penulis dan dramaturg Ugoran Prasad. Versi ke-4 Waktu Batu kali ini berkolaborasi dengan seniman-seniman lintas disiplin, seperti Majelis Lidah Berduri, Mella Jaarsma, Deden Bulqini, Tomy Herseta, Tri Rimbawan, Yennu Ariendra, Retno Ratih Damayanti, Luna Kharisma, A. Semali, dan para performer lintas generasi, seperti Andreas Ari Dwiyanto, Erythrina Baskorowati, Arsita Iswardhani, Tomomi Yokosuka, Enji Sekar Ayu, Wijil Rachmadani, Putu Alit Panca Nugraha, Syamsul Arifin, Putri Lestari.

Ecological grief pada pertunjukan ini merujuk pada perasaan kesedihan yang timbul akibat kehilangan atau kepunahan yang terjadi atau akan terjadi, termasuk kepunahan spesies, ekosistem, dan lanskap berharga, sebagai akibat dari perubahan lingkungan yang akut dan kronis. Berbagai penelitian terkini menunjukkan bahwa individu dapat mengalami tahapan kedukaan dan mencari dukungan sosial dalam menghadapi keputusasaan iklim dan kecemasan ekologis.

“Mendekati isu duka ekologis dari sudut pandang dunia ketiga, karya ini meletakkan krisis ekologi sebagai hasil yang tak terhindarkan dari modernitas dan kolonialitas. Berdiam dalam ketimpangan dunia global, karya ini hendak membuka percakapan tentang watak dan artikulasi duka ekologis Selatan dunia, termasuk pertanyaan atas praktik macam apa yang perlu dilakukan, puisi macam apa yang perlu dituliskan, duka (atau bahkan murka) macam apa,” ungkap Ugoran Prasad.

Yudi Ahmad Tajudin selaku sutradara mengatakan, “Dalam meluaskan dan mendekati secara kritis percakapan tentang tema duka ekologis, Teater Garasi menggarap ulang “Waktu Batu. Rumah yang Terbakar” tahun ini dengan pula menajamkan sisi kesilang-mediaan antara teater dengan video game, dan sinematografi, serta menguatkan unsur-unsur visual dan tata cahaya”.

Pementasan karya “Waktu Batu. Rumah yang Terbakar” di ARTJOG 2023 dimaksudkan untuk merawat ruang pertemuan antar-generasi dari ragam lapisan penonton sembari turut mendorong pertumbuhan generasi baru penonton teater Indonesia. Ditemui secara terpisah, hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikburistek RI, Ahmad Mahendra. “Pertunjukan silang media teater x video game x sinematografi ini menjadi pertunjukan yang sangat baik dalam memberikan pengalaman yang baru bagi penonton karena mempertemukan dan mendialogkan suatu media yang baru. Untuk itu, kami berharap semakin banyak masyarakat bahkan generasi muda Indonesia yang mengapresiasi kehadiran seni pertunjukan ini agar tetap terus ada dan konsisten dalam menjaga api semangat seni pertunjukan Indonesia," pungkasnya.

Berkaitan dengan pementasan ini, beberapa waktu sebelumnya Teater Garasi diwakili oleh Ignasius “Clink” Sugiharto (technical director) memfasilitasi sebuah workshop mengenai produksi teknis pertunjukan. Workshop ini merupakan perwujudan dari Connect, program aktivasi pra-pertunjukan dari seniman Main Performance, dalam platform performaARTJOG 2023. ARTJOG mengundang 10 peserta muda pelaku teknis keproduksian dalam seni pertunjukan dari berbagai lini untuk terlibat dalam workshop pendek ini. Setelah berbagi materi dan pengalaman di dua hari pertama, berikutnya peserta diajak mengobservasi  proses produksi dan pementasan “Waktu Batu. Rumah yang Terbakar”. Harapannya selepas pertemuan singkat ini terjadi pertukaran pengetahuan dalam mengeksekusi sebuah gagasan artistik, memperluas jejaring, dan membangun pemahaman atas fungsi dan posisi kerja teknis pertunjukan dalam ekosistem seni Indonesia.

“Waktu Batu. Rumah yang Terbakar” diproduksi oleh Garasi Performance Institute dan dipersembahkan oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi; ARTJOG 2023; Djakarta International Theater Platform (DITP); Collabonation IM3; dan KawanKawan Media. Didukung oleh PT. PLN; Bakti Budaya Djarum Foundation; EPSON Indonesia; Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta; dan Dewan Kesenian Jakarta.

OHTER POST

Art Fun PAS Showcase

Pendhapa Art Space (PAS) memil

...


Arak-arakan Rajakaya dan Ritual Gumbregan Membuka FKY 2025 di Gunungkidul

Pembukaan Festival Kebudayaan

...