Yogyakarta - Garebeg Mulud Memperingati Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Garebeg Mulud. Gunungan, merupakan simbol sedekah Raja Keraton Ngayogyakarta pada rakyatnya. Gunungan diarak dalam Hajad Dalem Garebeg Maulid.
Upacara adat tahunan ini menjadi momen sakral bagi masyarakat Yogyakarta. Salah satu sorotan utama dalam Garebeg Mulud kali ini adalah dibagikannya sekitar 100 ubarampe pareden gunungan.
Upacara Adat Garebeg Keraton Yogyakarta inipun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya TakBenda (WBTB) pada tahun 2013 yang masuk dalam Domain Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan.
Grebeg Maulid bukan sekedar prosesi budaya, tetapi juga sarana untuk mempererat hubungan antara Keraton dan masyarakat.Prosesi Grebeg Maulid ini dimulai dengan tradisi Numplak Wajik pada 13 September 2024 di Panti Pareden, Kompleks Magangan dan Numplak Wajik yang sebenarnya adalah pembuatan adonan wajik yang akan menjadi salah satu material wajib di Gunungan Putri. Prosesi ini melambangkan kehidupan yang diawali dari rahim seorang ibu dan dilaksanakan tiga hari sebelum puncak Grebeg Maulid.
Warga dari DIY hingga wisatawan lokal maupun luar negeri rela berdesakan di bawah terik matahari, hanya untuk menyaksikan sekaligus berebut gunungan.
Iring iringan dimulai dari Pagelaran Kraton Yogyakarta. Beberapa gunungan berukuran raksasa turut ditandu oleh abdi dalem menuju pelataran Masjid Agung Kauman. Sepanjang iring-iringan, masyarakat dan wisatawan takjub melihat sejumlah bregada masuk dengan diiringi irama seruling dan genderang senar, gong, dan alat musik tradisional lainnya.

Awalnya, prosesi berlangsung tertib karena panitia sudah memperingatkan untuk tidak berebut gunungan yang disedikan. Petugas kewalahan hingga akhirnya para pengunjung merebut gunungan hingga menerobos barisan pengamanan.
Pengambilan isi gunungan oleh masyarakat melambangkan berkah dan harapan untuk rezeki yang terus mengalir. Tak ingin kehilangan momen tersebut, mereka langsung mengabadikan momen di smartphone-nya masing-masing.